Kamis, 24 April 2014

Tulisan 2


HAI BANGKU KAYU
Hai kau di sana  yang duduk di bangku kayu di temani seegelas kopi caramel tanpa gula,dan terus mengoyangkan tangan diatas mesin tik modern, setiap malam minggu  kau datang ke café pojokan kota  tepat jam 19.15 dan duduk di tempat yang sama di samping jendela  , menembus mimpi kecil jadi seorang wanita carier dan bahagiakan 2 malaikat yang selalu melumuri bibirnya dengan doa, sampai kau lupa dengan asmara .

Tak tahu malam minggu keberapa kali kau datang ke café ini untuk menyendiri dan menyusun mimpi . Rintikan hujan di luar sana mengiringi suara mesin tik kesayanganmu, Tapi entah kenapa hari ini kau memangilku untuk minum bersama mendengarkan cerita tentang perjalananmu sepanjang minggu ini. Memang ini bukan pertama kali ku temani segala ocehan mu, karena tepat waktu shift kerja ku sebagai pengatar minum selesai . Ku hanya bisa bilang ya dan tidak atau bahkan hanya tertawa  ketika kau mulai mendongengkan hari mu, seperti waktu itu ku pandangi kedua bola matamu yang selalu pancarkan kecerian dan semangat hidupmu dan bibir tipis mu.

Waktu terus berlalu , malam semakin larut tapi kau dan aku tak mau bergeser dari bangku kayu ini malah semakin nyaman, music cafepun makin nyaring iringi canda tawa mu. Kau mulai menambah kopi kegemaran mu , dan memesan kan ku air putih tanpa warna karena kau tahu aku punya penyakit lambung. Mustahil bila ku tak punya rasa kepada wanita yang selalu optimis akan hidupnya,tapi selaluku simpan rapat di Kabul ini . Tak ingin kenyaman ini terusak karena ku ingin memiliki hati mu yang tulus  dan akupun tahu diri.

            Tapi entah kenapa gaget keluaran terbaru mu berdering kencang , memtus semua dongengmu dan menjadi hening sejenak . Kau angkat penuh malu didepan ku , tak tahu siapa yang menelepon mu yang  hanya ada dalam benakku mungkin itu salah satu malaikat kecil mu karena terpancar wajah bahagia dari sorot dua mutiara. Suara mu mendadak menjadi mesra dan seperti anak kecil yang ingin di manja. Tak berapa lama kau tutup pembicaraan mu,kini suasana semakin hening dan terasa beda setelah kau menerima telepon itu . Malampun semakin dingin waktupun menunjukan jam 23.30 , kaupun mulai bercerita tentang inti dari semua dongengmu  . Bulan besok kau akan menikah dengan laki – laki pilihan maliakat kecilmu dan mendampinginya pergi ke Negara maju yang selalu kau idamkan yaitu Belanda, ku hanya bisa diam dan tersenyum menutupi semua iri dan sedih ku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar