HAI BANGKU KAYU
Hai
kau di sana yang duduk di bangku kayu di
temani seegelas kopi caramel tanpa gula,dan terus mengoyangkan tangan diatas
mesin tik modern, setiap malam minggu
kau datang ke café pojokan kota tepat jam 19.15 dan duduk di tempat yang sama
di samping jendela , menembus mimpi
kecil jadi seorang wanita carier dan bahagiakan 2 malaikat yang selalu melumuri
bibirnya dengan doa, sampai kau lupa dengan asmara .
Tak
tahu malam minggu keberapa kali kau datang ke café ini untuk menyendiri dan
menyusun mimpi . Rintikan hujan di luar sana mengiringi suara mesin tik
kesayanganmu, Tapi entah kenapa hari ini kau memangilku untuk minum bersama
mendengarkan cerita tentang perjalananmu sepanjang minggu ini. Memang ini bukan
pertama kali ku temani segala ocehan mu, karena tepat waktu shift kerja ku
sebagai pengatar minum selesai . Ku hanya bisa bilang ya dan tidak atau bahkan hanya
tertawa ketika kau mulai mendongengkan
hari mu, seperti waktu itu ku pandangi kedua bola matamu yang selalu pancarkan
kecerian dan semangat hidupmu dan bibir tipis mu.
Waktu
terus berlalu , malam semakin larut tapi kau dan aku tak mau bergeser dari
bangku kayu ini malah semakin nyaman, music cafepun makin nyaring iringi canda
tawa mu. Kau mulai menambah kopi kegemaran mu , dan memesan kan ku air putih
tanpa warna karena kau tahu aku punya penyakit lambung. Mustahil bila ku tak
punya rasa kepada wanita yang selalu optimis akan hidupnya,tapi selaluku simpan
rapat di Kabul ini . Tak ingin kenyaman ini terusak karena ku ingin memiliki hati
mu yang tulus dan akupun tahu diri.
Tapi
entah kenapa gaget keluaran terbaru mu berdering kencang , memtus semua dongengmu
dan menjadi hening sejenak . Kau angkat penuh malu didepan ku , tak tahu siapa
yang menelepon mu yang hanya ada dalam
benakku mungkin itu salah satu malaikat kecil mu karena terpancar wajah bahagia
dari sorot dua mutiara. Suara mu mendadak menjadi mesra dan seperti anak kecil
yang ingin di manja. Tak berapa lama kau tutup pembicaraan mu,kini suasana
semakin hening dan terasa beda setelah kau menerima telepon itu . Malampun
semakin dingin waktupun menunjukan jam 23.30 , kaupun mulai bercerita tentang
inti dari semua dongengmu . Bulan besok
kau akan menikah dengan laki – laki pilihan maliakat kecilmu dan mendampinginya
pergi ke Negara maju yang selalu kau idamkan yaitu Belanda, ku hanya bisa diam
dan tersenyum menutupi semua iri dan sedih ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar